Apa Saja Fungsi Musik di Teater Non Musikal

Dalam pertunjukan teater, terdapat berbagai elemen pendukung yang masuk ke dalam kategori „tata artistik,“ termasuk dekorasi, tata panggung, tata musik, tata rias, tata busana, dan tata cahaya. Dengan demikian, sutradara yang mengelola divisi artistik akan dibantu oleh sejumlah ahli di bidang masing-masing, seperti penata panggung, penata dekorasi, penata musik, penata rias, penata busana, dan penata cahaya.

Semua „penata“ tersebut memiliki peran yang signifikan dalam sebuah pertunjukan. Namun, artikel ini akan lebih menekankan pada peran „penata musik.“ Selain https://longbeardband.com/ sebagai musisi yang terampil dan cerdas, penata musik teater yang baik adalah individu yang mampu mewujudkan ide sutradara dalam bentuk musik.

Dalam teater musikal, elemen musik berfungsi lebih dari sekedar „unsur pendukung.“ Musik memiliki kekuatan yang setara dengan para aktor di panggung. Oleh karena itu, Pojok Seni akan membahas fungsi musik dalam teater non musikal.

Teater non musikal, dalam konteks ini, adalah istilah yang kami gunakan untuk membedakan antara musik sebagai unsur pendukung dan musik yang menjadi unsur utama. Dalam pertunjukan teater non musikal, seperti teater realisme, surealisme, absurditas, eksistensialis, dan sejenisnya, musik berperan sebagai pendukung adegan.

Sebaliknya, dalam teater „musikal,“ elemen musik berfungsi sebagai bagian dari adegan itu sendiri. Musik berperan sebagai dialog sekaligus musik pengiring. Dengan demikian, teater non musikal yang dimaksudkan dalam artikel ini adalah pertunjukan di mana musik hadir sebagai elemen pendukung dan bukan sebagai unsur utama.

Secara umum, kita dapat menyimpulkan bahwa sebagai elemen pendukung, musik berfungsi untuk memperkuat pertunjukan. Dapat diibaratkan seperti penyedap dalam masakan; meskipun masakan tetap bisa dimasak tanpa penyedap, rasanya tentu akan kurang nikmat atau bahkan hambar.

Musik dalam teater memiliki berbagai kegunaan, antara lain:

Atmosfir dan Ambiance

Atmosfir pertunjukan dan ambiance, meskipun diartikan sama sebagai „suasana,“ memiliki makna yang berbeda. Atmosfir merupakan konstelasi konsep-konsep yang terkait, mungkin mencakup aura atau suasana hati yang muncul. Tentunya, atmosfer sangat erat kaitannya dengan mood pertunjukan, istilah yang sering digunakan anak muda Indonesia saat ini adalah „vibes.“

Sementara itu, ambiance adalah ruang dan nuansa yang muncul di atas panggung. Misalnya, ketika Anda mandi dan bernyanyi, suara Anda akan terdengar menggema, tetapi gema itu terasa di „kamar mandi.“ Gema tersebut akan memberikan nuansa yang berbeda dibandingkan dengan gema di atas panggung atau di studio rekaman. Musik hadir untuk menciptakan keduanya, baik atmosfer maupun ambiance—meski keduanya adalah suasana, masing-masing memiliki perbedaan antara vibes dan ruang.

Dampak Emosional

Selanjutnya, musik memiliki hubungan erat dengan emosi yang menghubungkan spectacle (pertunjukan) dengan spectator (penonton). Musik dapat membangkitkan emosi bagi pemain dan penonton. Musik juga menghadirkan momen-momen dramatis, konflik, serta membantu menjaga ritme pertunjukan.

Secara keseluruhan, pertunjukan akan sangat dipengaruhi oleh musik itu sendiri.

Simbol dan Metafora

Banyak ide atau tema abstrak yang dihadirkan di atas panggung. Ketika itu terjadi, karakter mungkin masih bergerak (atau bahkan tidak bergerak), dan kata-kata belum muncul. Oleh karena teater merupakan dimensi atmosferal, kata-kata menjadi „unsur pendukung“ dalam pertunjukan. Musik hadir sebagai sarana simbolis, melewati apa yang disebut sebagai „keterbatasan kata-kata.“ Penceritaan bisa dilakukan lewat dialog, namun musik akan memberikan lapisan makna tambahan dalam narasi tersebut.