Krisis kabarpemudasidoarjo politik di Timur Tengah tidak muncul dalam semalam. Ia adalah akumulasi dari berbagai faktor, baik historis, ideologis, maupun geopolitik.

1. Warisan Kolonial

Setelah Perang Dunia I, banyak negara di Timur Tengah dibentuk tanpa mempertimbangkan komposisi etnis dan agama di wilayah tersebut. Perjanjian Sykes-Picot antara Inggris dan Prancis menjadi awal dari pembentukan batas-batas negara yang memicu ketegangan internal dan rivalitas antar kelompok.

2. Konflik Sektarian

Perseteruan antara Sunni dan Syiah, dua sekte utama dalam Islam, telah menjadi bahan bakar utama berbagai konflik. Iran sebagai negara Syiah sering berseberangan dengan Arab Saudi yang Sunni. Rivalitas ini tercermin dalam perang proxy di Yaman, Suriah, Irak, dan Lebanon.

3. Perebutan Kekuasaan dan Sumber Daya

Minyak dan gas alam menjadi sumber kekayaan sekaligus kutukan bagi wilayah ini. Negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Rusia, dan bahkan Cina memiliki kepentingan besar di kawasan ini karena cadangan energi yang melimpah.

4. Ketidakstabilan Pemerintahan

Banyak negara Timur Tengah menghadapi pemerintahan yang otoriter, korup, atau tidak efektif. Ketidakpuasan rakyat sering kali berujung pada demonstrasi besar, seperti yang terjadi dalam gelombang Arab Spring pada 2010-an.