Bagaimana kisah orang-orang WNI yang tinggal di Bangladesh?
Elia Wati, ibu rumah tangga berusia 35 tahun yang tinggal di Uttara, 16 km dari Dhaka, mendengar dari teman-teman sesama WNI di Bangladesh bahwa WNI berinisial DU meninggal di Hotel Zabeer di Jashore.
Elia menyatakan bahwa banyak gedung yang dimiliki oleh para petinggi Liga Awami telah dijarah dan dibakar oleh para pengunjuk rasa.
“Sekarang pendukung PM klik here [Hasina] dari Awami League (Partai Awami) yang menjadi sasaran amarah. Elia, yang telah tinggal di Bangladesh selama sepuluh tahun, mengatakan, „Karena mereka berkuasa, mereka semena-mena.“
Dewi Regawati tidak mengantisipasi kerusuhan di Bangladesh.
Ibu rumah tangga berusia 38 tahun itu baru selama delapan bulan tinggal di Tongi, Gazipur. Pada hari Minggu, 4 Agustus, Dewi pergi ke rumah sakit dengan bemo lokal.
„Saat kejadian, saya melihat demonstrasi dan pulang. Saya dan supirnya sama-sama takut. Saat dihubungi pada Selasa (6/08), Dewi menyatakan bahwa dia takut terkena peluru.
Sekitar 13 tahun silam, dewi bertemu suaminya, seorang Bangladesh, yang sebelumnya bekerja sebagai perawat senior di Singapura. Keduanya akan pindah ke Bangladesh pada bulan Desember tahun 2023.
Dewi berkata, „Saya pun tidak menyangka ada kejadian seperti ini. Dulu saat saya pertama kali ke Bangladesh, saya tidak mengalami masalah.“
Dewi dan pasangannya adalah Hindu. Untuk saat ini, keduanya merasa lebih aman untuk tetap diam di rumah karena mayoritas orang di daerah mereka mendukung Perdana Menteri Hasina.
Seperti yang dilaporkan BBC News, mengingat aliansi Perdana Menteri India Narendra Modi dengan Hasina, warga minoritas Hindu Bangladesh takut menjadi korban kekerasan.
Dewi menyatakan bahwa keluarganya akan menunggu beberapa hari ke depan dan berharap keadaan akan membaik. Dia percaya bahwa mundurnya PM Hasina akan menenangkan situasi.
Menurut Kementerian Luar Negeri Indonesia, jumlah WNI di Bangladesh adalah 577 orang.
Namun, berdasarkan pengalaman Lela Isabella Qyma, seorang WNI berusia 51 tahun yang tinggal di Uttara, angka sebenarnya mungkin lebih besar karena banyak WNI di Bangladesh adalah TKI yang menikah dengan warga setempat dan kemudian tinggal di daerah pedesaan.
Dia menyatakan bahwa KBRI mungkin tidak dapat mencapai mereka.
Lala tinggal di Uttara, sekitar 16 kilometer dari ibu kota Dhaka, dan menunjukkan keadaan Bangladesh yang sangat mengerikan.
Melainkan, yang Dia membandingkan kerusuhan yang terjadi di Bangladesh saat ini dengan kerusuhan yang terjadi di Jakarta pada tahun 1998.
“Saya masih mendengar bunyi tembakan kemarin sampai jam 4 [pagi waktu setempat] saja,” kata Lela saat dihubungi pada Selasa (6/08).