“Harapan saya, melalui kegiatan KKN-T ini dapat mengurangi tumpukan sampah plastik dan dapat meningkatkan mutu dari sampah yang selama ini selalu terabaikan. Sehingga tujuan menjadikan Kelurahan Benowo sebagai Kelurahan yang bersih dan bebas sampah plastik tercapai.” Ujar Chamim Alhaq selaku Ketua Kelompok KKN-T Surabaya 2 Unesa.
Dark Jokes Mengubah Ketidakbahagiaan Menjadi Lelucon

Banyak dari kita yang mungkin sudah tidak asing dengan adanya humor gelap, atau yang biasa disebut dengan “Dark Jokes”. Munculnya dark jokes diakibatkan adanya topik sensitif seperti kematian, orang yang memiliki kekurangan fisik, agama, dan hal-hal sensitif lainnya. Dan tidak sedikit orang yang membuat lelucon dengan topik-topik sensitif tersebut. Namun, bukan berarti skenal humor gelap sepi peminat.
Adanya Majelis Lucu Indonesia yang didirikan oleh Coki Pardede dan Tretan Muslim, menunjukkan bahwa banyak dari masyarakat Indonesia yang menikmati adanya humor gelap. Tetapi tidak sedikir orang juga yang menganggap bahwa suatu hal yang sensitif tidak bisa menjadi sebuah bahan lelucon dan itu telah menjadi slot dana hal yang sangat kontoversi di kehidupan sehari-hari maupun di sosial media.
Coki Pardede, sering kali mendapat amukan dari warganet dikarenakan leluconnya yang dianggap terlalu sensitif dan cenderung problematis. Salah satunya adalah ketika ia berkelakar di media sosial dengan memasang foto anak-anak di Afrika yang dilanda krisis kelaparan. Dari situ banyak yang bertanya sebenarnya di mana batas antara humor gelap yang dapat diterima? Didalam komedi kita dapat menyampaikan kritik, tak terkecuali humor gelap. Humor gelap juga bisa bersifat emansipatoris karena bisa menjadi satir dan bisa menjadi titik masuk untuk membicarakan problem yang terhalang tabu. Dan terlebih lagi, humor gelap tidak bebas dari konsekuensi ketika ia meperkuat stastu quo yang merugikan kelompok marjinal.
Namun, dark jokes atau humor gelap juga bisa menjadi pertahanan dalam menghadapi situasi yang kelam dengan mengizinkan subjek mengambil jarak dari penderitaan yang dialaminya. Salah satu contoh yaitu Dani Aditya, merupakan seorang komika yang membawakan materi stand up tentang keadaan dia sebagai seorang difabel.
“Saya itu suka tawuran. Sayangnya, teman-teman saya gak suka ngajak saya. Anak cacat kalau tawuran itu memegang bagian paling penting, yaitu provokator. Tapi begitu saya keluar dari kelas mau tawuran, tawurannya sudah bubar…ganti pengajian. Padahal enak ya kalau anak kayak saya tawuran…yang lain lempar batu, saya lempar kursi roda…”