Ekonom chinagarden-az senior dari Lembaga Penelitian Ekonomi Nasional, Andri Wijaya, menambahkan bahwa penguatan rupiah memiliki dampak positif, terutama dalam menekan biaya impor. “Dengan rupiah yang lebih kuat, harga barang-barang impor, termasuk bahan baku industri, menjadi lebih murah. Ini bisa menekan inflasi dan mendukung daya beli masyarakat,” jelasnya.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa penguatan yang terlalu cepat dapat berdampak pada daya saing ekspor. “Keseimbangan tetap penting. Kita ingin nilai tukar stabil, bukan terlalu fluktuatif,” tambah Andri.
Respons Pemerintah dan Bank Indonesia
Menanggapi penguatan ini, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menegaskan bahwa pihaknya akan tetap berada di pasar untuk menjaga stabilitas nilai tukar. “Penguatan rupiah sejalan dengan fundamental ekonomi Indonesia yang membaik. Kami akan terus melakukan intervensi bila diperlukan untuk menjaga stabilitas dan mendukung pemulihan ekonomi,” katanya dalam konferensi pers pekan ini.
Pemerintah juga menyambut baik tren positif ini. Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, menyatakan bahwa penguatan rupiah menunjukkan kepercayaan pasar terhadap kebijakan fiskal dan moneter Indonesia. “Ini cerminan bahwa ekonomi kita dinilai cukup solid oleh investor global,” ujarnya.
Penutup
Dengan berbagai indikator positif yang mendukung nilai tukar rupiah, para ekonom berharap tren ini dapat terus dipertahankan tanpa mengganggu kinerja ekspor. Stabilitas nilai tukar menjadi kunci dalam menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional di tengah ketidakpastian global yang masih berlangsung.